INDOZONE.ID – Penelitian survei dari Pusat Kolaborasi Kesehatan (HCC) menunjukkan bulan Ramadan 2023, perilaku makan berkelanjutan (indeks niat makan berkelanjutan) masyarakat Indonesia masih cukup rendah.
Peneliti Utama sekaligus Ketua HCC dr Ray Wagiu Basrowi, MKK menjelaskan, survei dilakukan pada 2.531 responden dengan rentang usia 20-69 tahun. Indeks kepercayaan mencapai 95 persen, artinya angka tersebut dapat mewakili keadaan sebenarnya.
“Bisa dikatakan menjelang puasa, para responden atau rata-rata orang Indonesia, tidak mau menerapkan makan berkelanjutan,” ujar dr Ray dalam diskusi terbatas di kawasan Jakarta Selatan, Senin (20/3/2023).
Baca juga: Jangan Hobi Mubazir Makanan: Selain Dosa, Sampah Makanan Menyakiti Banyak Orang
dr Ray menuturkan, salah satu perilaku tidak berkelanjutan dalam pola makan adalah pemilihan jenis dan bahan makanan yang dikonsumsi.

Berdasarkan hasil survei, HCC menemukan 7 dari 10 responden atau sekitar 68 persen, tidak merekomendasikan pengurangan makanan berminyak selama bulan puasa.
“Perilaku yang paling tidak berkelanjutan adalah aspek pilihan jenis dan bahan makanan yang mayoritas responden berniat tetap ingin mengonsumsi makanan dari daging, serta diolah dengan minyak olahan,” ujar dr Ray.
Baca juga: Asal-usul Istilah Ngabuburit, Ternyata Diambil dari Kata Burit Dalam Bahasa Sunda
Berdasarkan konsep pangan berkelanjutan, pola konsumsi kaya akan ikan atau nabati lebih direkomendasikan.
“Studi kami menunjukkan jelang puasa ini, masyarakat masih berniat untuk mempertahankan pola dan bentuk makan yang sama, bahkan cenderung lebih banyak daging dan olahan dengan minyak,” imbuh dr Ray.
Seperti diketahui mengonsumsi makanan berminyak dan daging berlebih, dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit tidak menular. Seperti jantung, kanker, diabetes, hingga penyakit paru kronik.
Artikel Menarik Lainnya:
.