BI Pastikan Kondisi Perbankan di Indonesia Masih Positif

Merdeka.com – Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI) Firman Mochtar memastikan, kondisi perbankan di Indonesia masih kuat. Hal ini menanggapi tutupnya 3 raksasa bank di Amerika Serikat (AS), yakni Silicon Valley Bank, Silvergate Bank dan Signature Bank.

“BI tetap akan mencermati dampaknya. Terutama mewaspadai pengaruh ekspektasi yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi, khususnya di jalur finansial,” kata Friman, Minggu (19/3).

Tercatat, dari sisi permodalan perbankan yang kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio /CAR) sebesar 25,88 persen pada Januari 2023. Sementara itu dari sisi risiko kredit juga terkendali, pemantauan dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan /NPL) yang rendah 2,59% (bruto) dan 0,76 persen (neto) pada Januari 2023.

Likuiditas perbankan pada Februari 2023 terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,18 persen (yoy). Untuk itu, BI melakukan studi uji hingga stress test menarik seberapa kuat ketahanan ekonomi dalam negeri dari berbagai indikator.

“Kita memang ingin membangun ekspektasi baik sejak awal. Jika semua panik makan akan bermasalah. Semua menjadi perhatian Pemerintah dalam memitigasi dampak secara berlebihan, dan penempatan dana ke negara berkembang termasuk Indonesia. Dari sisi moneter tentu terus pertempuran di pergerakan rupiah maupun pasar valas,” imbuhnya.

Firman juga memastikan bahwa penutupan 3 bank AS tidak berpengaruh besar ke Indonesia. “Kami melihat dampak rambatannya tidak besar karena keterpaparan kami ke sana enggak banyak,” tandasnya.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Maret 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen. Fasilitas Simpanan suku bunga juga tetap pada level 5,00 persen, dan Fasilitas Pinjaman suku bunga ada di 6,50 persen.

“Rapat Dewan Gubernur BI pada 15 sampai 16 Maret memutuskan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75 persen,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantornya, Kamis (16/3).

Keputusan ini tetap konsisten dengan sikap kebijakan moneter yang pre-emptive dan forward looking untuk memastikan berlanjutnya penurunan inflasi inflasi dan inflasi ke depan.

Bank Indonesia yakin, penetapan suku bunga acuan 5,75 persen ini cukup untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0 plus minus 1 persen pada semester I 2023. Sehingga, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0 plus minus 1 persen pada semester II 2023. [azz]

Baca juga:
Ekonomi Dunia Masih Bergejolak, BI Pastikan Indonesia Tak Akan Seperti Sri Lanka
Heboh Nasabah Marah-Marah, Begini Tanggapan BTN
Suku Bunga Kredit Bank Bisa Turun, Ini Syaratnya Menurut OJK
Nixon LP Napitupulu Diangkat Jadi Direktur Utama BTN
Runtuhnya Bank di AS Beri Masalah Besar di Perbankan Eropa, Termasuk Credit Suisse
BI Optimis Ekonomi Global Tumbuh 2,6 Persen, Meski 3 Bank Raksasa AS Kolaps

.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *